Ada hikmah dibalik yang kau lihat dan yang kau baca. Jadilah ilalang, di injak-injak orang masih tetap hidup dan jadilah kau baja makin ditempa, dipalu dan dihajar semakin kuat !

flowers Pictures, Images and Photos


Kamis, 01 April 2010

Catatan Lasmiadi Alpandany: Selagi JERNIH, Mengalirlah !

Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, (QS. 25:48).

Katakanlah: Siapakah Rabb langit dan bumi? Jawabnya: Allah. Katakanlah: Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri? Katakanlah: adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka? Katakanlah: Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Rabb Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. (QS. 13:16).

Dari Ibnu Umar bahwa seorang lelaki mendatangi Nabi saw dan berkata,”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling diicintai Allah ? dan amal apakah yang paling dicintai Allah SWT?” Rasulullah saw menjawab,”Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau engkau menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau menghilangkan kelaparan. Dan sesungguhnya aku berjalan bersama seorang saudaraku untuk (menuaikan) suatu kebutuhan lebih aku sukai daripada aku beritikaf di masjid ini—yaitu Masjid Madinah—selama satu bulan. Dan barangsiapa yang menghentikan amarahnya maka Allah akan menutupi kekurangannya dan barangsiapa menahan amarahnya padahal dirinya sanggup untuk melakukannya maka Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk (menunaikan) suatu keperluan sehingga tertunaikan (keperluan) itu maka Allah akan meneguhkan kakinya pada hari tidak bergemingnya kaki-kaki (hari perhitungan).” (HR. Thabrani).

Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Mengapa air yang mengalir dari mata air selalu kelihatan lebih jernih dari air yang ada di kolam, di sumur, di sungai, bahkan air yang ada di danau ataupun di laut, atau pernahkah kita menyaksikan air hujan yang turun dari langit sampai ke bumi ini dalam keadaan keruh dan kotor ?,

Barangkali tanpa harus melalui sebuah diskusi panjang atau survey yang menghabiskan biaya besar, rasanya hampir bisa kita sepakati bahwa sebagian besar dari kita yang bernama manusia membutuhkan air dalam kehidupannya, sehingga air sering disebut sebagai sumber kehidupan.

Bahkan setiap kita tentu lebih suka air yang mengalir daripada air yang tergenang, atau bahkan lebih memilih air yang jernih (bening) ketimbang air yang keruh, benarkah demikian !
Jarak waktu kehidupan kita sekarang ini dengan kehidupan pemimpin agung kita Rasulullah SAW sudah mendekati 15 abad. Ibarat air sungai, kita sudah sangat jauh dari mata air. Boleh jadi sudah mendekati muara. Maka air sungai pun sudah semakin keruh, nyaris tak terlihat lagi warnanya. Tinggal namanya saja.

Berbaur dengan limbah nilai-nilai baru yang dikemas begitu menarik oleh kehidupan serba materi yang mendominasi dunia dewasa ini, ajaran dan keteladanan Rasulullah SAW sering tak jelas lagi. Kalau pun tampak, kebanyakan sekedar dagingnya belaka. Peringatan-peringatan Maulid Nabi yang digelar dalam kemas yang begitu-begitu saja dengan isi yang kurang lebih permanen dari Rabi’ul Awal ke Rabi’ul Awal, tak cukup berarti di sela-sela derasnya banjir ‘pengajian lain’ yang lebih menggiurkan yang secara rutin dan tertib melanda rumah-rumah.

Seperti juga air sungai yang masih jernih ketika baru saja meninggalkan mata airnya, jika para sahabat masih dapat dengan jelas kita lihat benang merah yang menghubungkan mereka dengan kepemimpinan Rasulullah SAW. Aroma keharuman akhlak mereka masih harum semerbak uswah hasanah-nya. Atau para tabi’in yang masih sempat merasakan kesejukan mata air iman para sahabat, atau paling tidak para generasi tabi’it-tabi’in yang juga masih merasakan aliran kenikmatan dari sungai keimanan yang jernih, bening dan bersih para tabi’in.

Namun bagaimana dengan kita yang tak pernah mereguk langsung air hujan kejernihan sentuhan iman dari Rasulullah SAW, tak pernah mandi di aliran mata air ketulusan para sahabat, tidak juga pernah mencium aroma keharuman dari danau keikhlasan para tabi’in, atau setidaknya pernah menyaksikan keindahan kolam pribadi para tabi’it-tabi’in. karena kita hanyalah generasi akhir zaman.

Setiap bulan Rabi’ul Awal, memang banyak di antara kita yang sengaja mendatangi tempat dimana ‘percik-percik’ kebeningan mata air keimanan. Sekilas kemilau kejernihannya tampak oleh kita; namun belum sempat kita menyerap kesegarannya, sampah-sampah yang membanjiri sungai sudah kembali melanda kita.

Gemerlap sampah-sampah yang deras itu begitu canggih menutupi sisa-sisa mata air, hingga kita tak lagi dapat atau sempat membedakan mana yang warna sampah dan mana yang warna air. Kekeruhan yang sempurna. Masya Allah !

Meratapi nasib saja tak ada gunannya. Kita yang berada di hilir ini masih bisa menapis dan menyaring untuk mendapatkan air yang bersih. Apalagi zaman sekarang menyediakan berbagai fasilitas canggih untuk itu. Tinggal kita. Maukah kita menyempatkan diri melakukan penapisan dan penyaringan itu, atau bahkan mau bersusah payah naik ke hulu, mencari mata air. Ataukah kita masih asyik dan sibuk dengan sampah-sampah limbah hingga tak merasa perlu dengan air jernih nan bersih?

Mari kita merenungkan sejenak beberapa pesan Allah SWT dalam ayat berikut ini ;

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS. 2:74).

Artinya bahwa dalam jiwa dan hati manusia yang gelap gulita sekalipun selalu ada ruang cahaya (hidayah) sebagimana dalam kerasnya batu selalu ada ruang bagi air untuk tetap mengalir. Ayat juga menjelaskan tentang betapa pentingnya memanfaatkan waktu untuk berbuat kebajikan, jangan membuat waktu sia-sia agar tidak terjadi ruang gelap dalam hati dan jiwa kita, maksudnya juga bisa diartikan selagi ada waktu untuk kebaikan,teruslah berbuat, teruslah mengalir memberi manfaat bagi semua.

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (An Nur 35).

Karenanya wahai saudaraku, marilah kita terus berbuat kebaikan menebar kebajikan memberi manfaat bagi banyak orang sebelum tiba waktunya dimana iman yang kita miliki tak lagi berguna, tak lagi memberi manfaat dan tak sanggup lagi mendatangkan kebaikan.

Seperti disebutkan dalam ayat berikut ini ;

Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan Rabbmu atau kedatangan sebagian tanda-tanda Rabbmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: Tunggulah olehmu sesungguhnya kamipun menunggu (pula). (QS. 6:158).

Sehingga paling tidak kita bisa hidup dengan kepala tegak untuk membuktikan bahwa kita bukanlah seorang yang tak berguna, tidaklah seperti seorang laki-laki bisu yang hanya mendatangkan beban bagi orang lain. Tapi kita adalah ibarat seorang laki-laki mukmin yang selalu menyuruh berbuat keadilan dan senantiasa berada di jalan kebenaran yang lurus.

Dan Allah membuat (pula) perumpamaan : dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja ia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus. (QS. 16:76).

Semoga kita belum terlambat untuk bersiap diri memberi kebaikan, untuk tetap mengalir (berbuat makruf dan kebaikan) selagi jernih (sebelum maksiat menguasai, sebelum hati menjadi keras, sebelum jiwa menjadi malas dan sebelum waktu yang tersedia habis).

Sekali lagi, wahai saudaraku…!

Marilah kita bersegera mencurahkan segala potensi untuk memberikan kebaikan bagi umat dan zaman ini. Ibarat mata air, selagi ia jernih teruslah mengalir, karena jika airnya sudah keruh, maka tak ada lagi orang yang mau mengambilnya walau hanya setets saja, jika engkau tidak mulai dari sekarang, maka bertakut dirilah jika airnya tiba-tiba berubah keruh dan engkau butuh waktu yang panjang untuk kembali menjernihkannya.

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. 57:16).

Jadi… sekaranglah, lakukanlah, segeralah, selagi jernih mengalirlah…!

Tidak ada komentar: